::: Tak Cukup Uang Beli Sepeda Motor, Murtala Bunuh Diri ::: Pasien RSUD Cut Mutya Bertambah Sejak Ada JKA::: Terkait Pemukulan Siswa SMAN-1 Samudera, Kepsek: Keluarga Korban Telah Merekayasa ::: Bus Cenderawasih Asal Bireuen Terbalik di Simpang KKA:::

Headline

Headline
Islamic Center, Kota Lhokseumawe, (Busairi)

KOMPAS.com

Minggu, 29 Agustus 2010

Selamat Jalan DR Teungku Muhammad Hasan Tiro

Kamis siang 3 juni lalu, jam telah menunjukkan pukul 12.15 wib . Hampir semua kawasan bumi Aceh panas teriknya mata hari. Tiba - tiba langit mendung, angin bertiup dari arah barat daya sepoi – sepoi ,ini suatu pertanda orang yang sangat yang dicintai rakyat aceh telah pergi menghadap Khaliq, yaitu DR.Teungku Muhammad Hasan di Tiro, di Rumah Sakit Umum dr.Zainoel Abidin Banda Aceh. Innalillahi wa innailaihi raji’un.

Teungku Muhammad Hasan Tiro wafat di usianya menjelang 85 tahun ,dan ia adalah sosok yang sangat peduli terhadap bangsa dan tanah airnya. Bagi Rakyat Aceh Teungku Hasan Tiro adalah sosok manusia yang paling dikagumi, dan dicintai rakyat di sepanjang jamannya. Kali ini bagi rakyat Aceh berduka lagi, karena dengan kehilangan seorang tokohnya yang kaliber Dunia. . Belum lagi hilang dari ingatan kita , Aceh yang baru selesai mengalami komplik dan musibah tsunami beberapa tahun lalu . Kini Aceh berderai lagi air mata duka, tangis dan doa ribuan rakyat Aceh dimana – mana sulit dilukiskan dengan kata - kata ,dan bahkan wajah kedukaan tampak terlihat hampir setiap insan di bumi Iskandarmuda itu, begitu menerima berita duka DR Teungku Muhammad Hasan di Tiro telah pergi menghadap khaliq untuk selama lamanya.

Hari itu, kami sedang makan - makan di sebuah warung dengan beberapa teman , tiba- tiba mendapat telepon dari rekan wartawan senior , yaitu L. Munir pukul 12.25 wib .Dalam pembicaraan itu Munir menyebutkan Wali Nanggroe Tgk Hasan telah meninggalkan dunia baru kira – kira 10 menit yang lalu. Begitu mendengar berita duka, tak ada kata-kata lain, dan saya spontan mengucapkan ; Innalillahi wa innailaihi raji’un, serta menunduk haru dan sedih sejenak sambil menitis air mata, mengenang bahwa kerja besar beliau dalam membawa perobahan Aceh yang lebih bermartabat belum lagi selesai.

Berita meninggalnya wali nanggroe , Teungku Hasan Tiro hampir – hampir saya tak yakin. Soalnya pagi – pagi pukul 0.8.00 wib hari kamis itu, saya baru dapat telepon dari adik sepupu Tgk Hasan ,yaitu Tgk Abdul Razak ,dia baru pulang dari Banda Aceh menjenguk Wali di Ruang ICCU, Rumah sakit RSU Zainoel Abidin, dan waktu itu saya bertanya pada Tgk Abdul Razak bagaimana keadaan Wali? Jawabnya; “Cut Abang ,sebutan Tgk Abdul Razak, telah banyak kemajuan tentang kesehatannya yang ditangani oleh Tim Medis Rumah Sakit secara serius. Karena itu saya pulang ke Bereunuen sebentar, kata Tgk Abdul Razak” . Alhamdulillah, kita sama sama ber doa semoga Teungku Hasan cepat sebuh, jawab saya lagi. Oleh karenanya, begitu mendapat berita dari L.Munir ada semacam tak yakin saya, bahwa mantan Deklarator Aceh Merdeka itu telah meninggal dunia.

Manusia boleh saja berusaha sekuat tenaga dalam mengobati Teungku , namun Allah telah berkehendak lain .Selama 10 hari lebih Teungku Hasan di Rawat di RSUZA Banda Aceh secara intensif karena menderita berbagai penyakit, yaitu gangguan darah, radang paru – paru, gula darah dan radang hati. Siapapun tak dapat menolak ajal , yaitu teungku Hasan telah meninggalkan kita untuk selama lamanya, dan ia menghadap Sang Pencipta di alam kubur dalam keadaan damai, sesudah sehari sebelumnya ia mendapat status sebagai warga negara indonesia.

DR Teungku Muhammad Hasan di Tiro yang dikenal sebagai Deklarator GAM, juga dijuluki sebagai “Wali Nanggroe Aceh “, sebelum pengkebumiannya kamis lalu mendapat kehormatan istimewa. Almarhum mendapat gelar sebagai mujahid sejati yang tak pernah mengenal lelah berjuang untuk Aceh, dari mantan Perdana Menteri GAM Malik Mahmud.

“Beliau adalah mujahid yang naik dan turun gunung untuk menegak nilai – nilai islam di tanah leluhurnya. Hasan Tiro telah mengukir satu sejarah yang sangat panjang dalam pergolakan Aceh dengan Jakarta “.

Malik Mahmud ketika menyampaikan kalimat itu sempat menitiskan air mata, dan bahkan ribuan masyarakat yang ikut mengantar jenazah Wali Nanggroe dari Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ke pekuburan juga larut dalam tangisnya terhadap orang yang paling dicintai selama ini. Selain itu sejumlah ulama , mantan petingi GAM dan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan wakil Gubernur Muhammad Nazar, Ketua DPRA Hasbi Abdullah, turut menghantar jenazah Wali Nanggroe menuju pemakaman di Desa Meureu, Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar, dan almarhum di kebumikan di samping makam kakeknya Teungku Chik Muhammad Saman Di Tiro ( Tgk Chik Di Tiro), yang merupakan Pahlawan Nasional.

Teungku Hasan Tiro mulai populer bagi rakyat Aceh sejak ia membela kasus pembantaian rakyat sipil di Desa Pulot - Cot Jeumpa, Leupung, Aceh Besar 25 Pebruari 1954 oleh angkatan bersenjata indonesia. Peristiwa itu ekses ditembaknya belasan prajurit indonesia oleh pejuang DI/TII sebelumnya.

Karena pejuang DI/TII sudah menghilang di lokasi kejadian , serdadu republik sangat marah lalu rakyat sipil dijejerkan di tepi laut, lalu ditembak mati .Dalam peristiwa itu satu orang terselamat dalam pembunuhan itu , kemudian membeberkan kejadiannya kepada wartawan kawakan Abdul Chatib Ali (Acha), dari Surat Kabar Peristiwa. Kasus itu juga ikut ditulis oleh Surat Kabar New York Times dan Washington Post. Berita tragis itu diketahui oleh Hasan Tiro di America , lalu lewat suratnya 1 September 1954 memprotes kepada Perdana Menteri Indonesia Ali Sastromijojo.

Hasan Tiro mendesak indonesia untuk minta maaf dan, harus mau mengakui bahwa pembantaian rakyat sipil itu merupakan genoside terhadap rakyat Aceh. Ia memberi tenggang waktu kepada Pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan kasus pembantaian tersebut, namun apa kenyataannya paspor miliknya dicabut oleh Kedutaan RI. Bukan hanya sampai disitu, Hasan Tiro juga pernah menawarkan Indonesia sebagai negara Federasi jalan satu – satunya Aceh hasrus bebas dari pernindasan Jakarta.Dari sikap Hasan Tiro menunjukan bahwa, ia sangat peduli terhadap Aceh yang terus menerus waktu itu ditindas oleh Jakarta.

Karena itu ia berpendapat bahwa Jakarta harus dilawan, karena ia telah mengkhianati Aceh lebih dari satu kali . Juga jalan satu - satu nya , yaitu Aceh harus Merdeka.

Untuk mewujudkan cita - citanya, Hasan Tiro dengan meninggalkan kehidupannya yang serba mewah, isterinya yang cantik Dora berketurunan Iran sebagai warga negara Amerika, dan anak semata wayang Karim Tiro yang baru berumar 6 tahun di tinggalkan, lalu ia kembali ke Aceh. Sampainya di Aceh pada 4 Desember 1976 mendeklarasikan Aceh Merdeka di gunung Halimon, Pidie.

Pendeklarasian Aceh Merdeka itu berbuntut panjang, bahkan Pemerintah Jakarta waktu itu menjawab dengan gelaran Aceh Daerah operasi militer (DOM) menumpas perjuangan Aceh Merdeka dengan julukan Gerombolan Pengacau Keamanan (GPK).

Dalam peristiwa itu lahirlah berbagai penilaian pro dan kontra terhadap Perjuangan Hasan Tiro. sejak dari banyaknya anak – anak telah menjadi yatim, wanita menjadi janda dan berbagai harta benda pula menjadi musnah.

Sesudah tiga puluh tahun Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berperang melawan Jakarta akhirnya 15 agustus 2006 GAM dan RI melakukan perdamaian di Helsingki,Filandia.

Terlepas dari semua itu, Teungku Muhammad Hasan Tiro telah pergi, yaitu pergi untuk selama - lamanya. Namun dibalik itu ada banyak kenangan yang telah di tinggalkan menjadi catatan sejarah buat kita. Yaitu ia telah berhasil membangkitkan kembali heroisme rakyat Aceh sebagai bangsa besar dan termasyhur yang sudah lama tenggelam dari peta dunia.

Dibalik itu baginya , ia telah mampu membangkitkan semangat bangsanya yang bermarwah di mata dunia,dan tidak menjadi bangsa yang kerdil serta pengecut dalam menghalau berbagai tindakan penindasan.

DR Teungku Muhammad Hasan Tiro sebagai tokoh kharismatik lahir 25 September 1925 di Desa Tanjong Bungong, Pidie, adalah sosok yang paling di gemari rakyat. Ini terbukti sesudah ia meninggal kamis lalu, hampir semua lapisan masyarakat ,tanpa ada yang mengkordinir baik itu masyarakat biasa, anak anak sekolah dan bahkan pegawai pemerintahan sekalipun berduyun – duyun menziarahi kuburannya membaca tahlilan, dan mengaji Al Quran. Begitu juga di berbagai daerah , baik itu di kota maupun pedesaan dilakukan tahlilan serta jamuan makan untuk anak – anak yatim dan fakir miskin.

Kita tentu masih ingat ucapannya wali, bahwa ” Berperang itu susah, dan menjaga kedamaian itu lebih susah lagi, karena itu jagalah perdamaian itu sampai ke anak cucu” harapnya. Itulah kata – kata terakhir Hasan Tiro di depan jutaan rakyat Aceh di Mesjid Raya Baiturrahman beberapa waktu yang lalu (2008) sesudah perdamaian berlanggsung.

Hasan Tiro kembali dari Stockhom, Swedia, Oktober 2009 lalu, dan ia terus menetap di Aceh sebagai warga negara Swedia dengan mendapatkan visa dari pihak Jakarta.

Kembali ke tanah kelahirannya Aceh tahun 2008 tak banyak hal - hal yang ia sampaikan kepada masyarakat umum. Boleh jadi juga ini disebabkan faktor usianya yang sudah lanjut atau memang hanya karena faktor kesehatan .Namun yang jelas, Teungku Muhammad Hasana Tiro selalu tersenyum dan juga terpancar dengan wajah - wajah yang ceria.

Meninggalnya Wali Nangroe diliputi secara luas oleh berbagai media cetak, elektronik, Radio dalam dan luar negeri, dan takziah juga untuk almarhum terus mengalir dari pencintanya, tak kira ia orang tua, anak muda bahkan anak – anak sekolahpun ukut berpartisipasinya.

Selamat jalan Teungku Hasan Tiro , rakyat Aceh berdoa semoga Allah SWT mencucuri rahmat untukmu, dan bagi yang tinggal akan meneruskan cita – citamu yang belum selesai dalam menjaga perdamaian, dan mendobrak kezaliman di Bumi Iskandar muda ini. Semoga. ( Umar A Pandrah).

0 komentar:

Labels

Translate...

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Cari melalui Google

Tentang saya

Foto Saya
busairi
Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia
Lihat profil lengkapku